Selamat Datang

dunia lebih kaya, lebih hidup, lebih bersegi banyak dari tampaknya, sebab setiap langkah daripada ilmu pengetahuan tertemukan di dalamnya segi-segi baru...

Jumat, 02 Januari 2009

MEMAHAMI BUNG KARNO *


PEMIKIR, PEMIMPIN DAN GURU BANGSA
Adalah Mbah Tries namanya, dalam suatu jagong di warung makan milik istrinya banyak berceloteh tentang Sukarno (Bung Karno). “Tidak ada satu pemimpin pun di Indonesia sekarang ini yang bisa menandingi kehebatan Bung Karno. Dia adalah tokoh revolusioner sejati yang pernah ada di Indonesia”, Jelas pelaut yang lama tidak berlayar ini sambil memandang foto usang Sukarno yang terpaku di dinding warung kayu istrinya.
Bagi mereka yang banyak membaca dan mempelajari sejarah berbagai bangsa di dunia akan bisa melihat bahwa keagungan sosok dan citra Bung Karno itu sejajar dengan keagungan sosok pemimpin-pemimpin besar lainnya seperti Sun Yatsen, Mao Tsetung, Chou Enlai, Ho Chiminh, Jawaharlal Nehru, Abdul Gamal Nasser, Joseph Bros Tito, Che Guevara, Ernest Mandela.
Ir. Sukarno atau yang dikenal dengan nama Bung Karno dalam lembaran sejarah ketatanegaraan Indonesia tercatat sebagai presiden pertama Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 yang di bacakan bersama Bung Hatta kemudian juga menempatkannya sebagai Bapak Proklamator, dan juga sebagai Bapak Bangsa (Founding Fathers) karena semangatnya untuk menumbuhkan jati diri bangsa Indonesia yang sejati.


Sukarno yang lahir 6 Juni 1901 dari ayah, seorang priyayi jawa bernama Raden Sukemi Sosrodiharjo, sangat kental diwarnai sinkretisme ajaran Kejawen. Ayahnya menemukan jodoh di Bali, yakni Idayu Nyoman Rai, seorang wanita dari kasta Brahmana. Perkawinan itu tidak direstui oleh keluarga Idayu karena sang mempelai pria bukan dari keturunan Brahmana. Di Bali, Raden Sukemi yang mendapatkan sertifikat untuk mengajar sekolah pribumi, sempat menjadi asisten professor Van Der Tuuk, Sarjana Belanda ahli bahasa Indonesia, yang giat meneliti bahasa Bali. Kakak perempuan Sukarno, Soekarmini, lahir di Singaraja-Bali, sedangkan Sukarno sendiri lahir di Surabaya dengan nama Kusno Sosro Sukarno.
Sukarno kecil sangat menyukai pertunjukan wayang kulit dengan kisah-kisah dari Ramayana maupun Mahabarata. Ia sangat terpengaruh oleh kisah-kisa tersebut. Sehingga Sukarno sangat menyerap ajaran-ajaran Kejawen yang diutarakan lewat wayang. Ia mendapatkan semua itu dari kakeknya, Raden Hardjodikromo di Tulungagung, dari ayahnya di Mojokerto dan juga dari Wagiman, seorang petani. Melalui ayahnya pula, Sukarno diperkenalkan pada ajaran-ajaran teosofinya Annie Besant, Madame Blavatsky dan WQ Judge. Kelak, ketika Sukarno telah menjadi presiden, ajaran-ajaran tersebut sangat berpengaruh dalam mewarnai kebijakan politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan.
Dalam proses berjalannya waktu Bung Karno yang berumur 25 tahun telah membuat tulisan (dalam tahun 1926) yang sangat panjang dan bagus sekali, yang berjudul Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme. Tulisan yang merupakan dokumen politik yang bersejarah ini, yang aslinya termuat dalam Suluh Indonesia Muda dalam tahun 1926, dan dapat di baca sekarang ini oleh siapa saja dalam buku Dibawah Bendera Revolusi Jilid Pertama. Dalam tulisan panjang yang terdiri dari 23 halaman ini Bung Karno telah menuangkan prinsip-prinsip besar gagasannya mengenai persatuan bangsa. Dari tulisan yang dibuatnya dalam usia semuda itulah kita semua bisa melihat dengan jelas pendiriannya tentang pentingnya persatuan (atau kerjasama) antara nasionalisme, Islamisme dan Marxisme dalam perjuangan rakyat di Indonesia melawan kolonialisme dan imperialisme.
Marhenisme
Marhainisme di ambil dari nama sosok petani miskin yang ditemui oleh Bung Karno. Kondisi memprihatinkan dari petani miskin itu memberikan inspirasi bagi sukarno untuk mengadopsi gagasan tentang kaum proletas yang dari marxisme. Banyak yang menyatakan bahwa Marhainisme merupakan marxisme yang diterapkan di Indonesia. Sejak 1932, ideologi Marhaenisme telah mewarnai wacana politik di Indonesia. Dalam bukunya berjudul Indonesia Menggugat, Sukarno sangat menekankan pentingnya penggalangan massa untuk sebuah gerakan ideologis. Menurut penafsiran Sutan Syahrir, Marhaenisme sangat jelas menekankan pengumpulan massa dalam jumlah besar.
Karena kegiatan politiknya pada tahun 1930 Bung Karno ditahan pemerintah kolonial dan kemudian dijatuhi hukuman selama 4 tahun. Pidato pembelaannya di Landraad Bandung yang diberi judul Indonesia Menggugat menggegerkan dunia internasional, sehingga pemerintah kolonial pada tanggal 31 Desember 1931 terpaksa membebaskan Bung Karno sebelum masa hukumannya selesai. Sekeluarnya dari penjara Sukamiskin ternyata kegiatan Bung Karno tidak berkurang. Bahkan beliau memutuskan masuk ke Partindo (Partai Indonesia), dan memimpin majalah partai yang radikal, Fikiran Ra'jat. Tahun 1934 Bung Karno diasingkan ke Ende (Flores), dan kemudian pada tahun 1938 dipindahkan ke Bengkulu.
Dalam pergerakanya kemudian Bung Karno menegaskan bahwa seorang Marhaenisme haruslah menjadi seorang revolusioner social, bukan menjadi revolusioner borjuis. Ini yang yang kemudian menjadi penekanan dalam tiap gerak organisasi.
Indonesia Merdeka
Sejak di Ende Bung Karno mendirikan perkumpulan sandiwara yang diberi nama Kelimutu, dan sempat mementaskan cerita-cerita karangannya, seperti "Dr. Syetan" dan "1945". Kegiatan itu diteruskan di Bengkulu. Bahkan di tempat pengasingan yang baru itu Bung Karno aktif dalam kegiatan pendidikan lewat Muhammadiyah. Pada tanggal 1 Juni 1945, di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, Bung Karno menyampaikan gagasannya tentang Pancasila, sebagai dasar falsafah negara Indonesia Merdeka. Dalam akhir persidangan BPUPKI, sila-sila dalam Pancasila itu disahkan untuk dimasukkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Setelah mengetahui bahwa Jepang bertekuk lutut kepada Sekutu, pada tanggal 17 Agustus 1945 Bung Karno dan Bung Hatta membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia di halaman rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Sehari kemudian, dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia Bung Karno secara aklamasi dipilih menjadi presiden pertama Republik Indonesia.
Itulah kenapa dikatakan bahwa bung Karno dan 17 agustus 1945 adalah satu. Bahwa setiap peringatan kemerdekaan Indonesia ini betapa besar peran Sukarno di dalamnya.


Revolusi Belum Selesai
Sesudah kunjungannya ke China tahun 1965, Sukarno terlihat tampak sangat mengagumi sosok Mau Tse Tung, terutama Cao En Lai. Pada kurun ini juga terbangun aliansi Internasional. Poros Jakarta-Pyongyang-Peking yang di bangun saat Sukarno Berkuasa yang juga melahirkan Demokrasi Terpimpin, bisa memberi gambaran jelas bahwa perjuangan setelah merdeka dari penjajah masih harus dilakukan. Untuk kemudian bisa memerdekan juga kemerdekaan negara-negara terjajah yang lain dan berjuang melawan Kapitalisme yang semakin menguat di era itu.
Berkat kepemimpinan Bung Karno akhirnya negara Republik Indonesia Serikat yang semula direncanakan Belanda gagal dan pada 1 Agustus 1950 Indonesia kembali menjadi Negara Kesatuan. Bung Karno akhirnya berhasil menyempurnakan Negara Kesatuan itu setelah Belanda bersedia menyerahkan Irian Barat ke Indonesia pada tahun 1962. Berkat gagasannya menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika pada bulan April 1955 di Bandung, sejumlah negara di Asia-Afrika berhasil memperoleh kemerdekaannya. Bung Karno tidak henti-hentinya berjuang untuk perdamaian dunia, seperti menggalang Konferensi Non-Blok bersama sejumlah tokoh dunia ketiga seperti Nehru, Nasser, Tito dan Nkrumah. Berkat perjuangannya itu Bung Karno juga mendapat gelar Pahlawan Islam Asia-Afrika. Dan Mingguan Time yang berpengaruh di dunia internasional memasukkan Bung Karno dalam tokoh Asia yang berpengaruh di abad ke-XX, sejajar dengan Nehru, Mao Zedong serta Nasser.
Kehebatan dan kejeniusan seorang Sukarno bahkan dikatakan oleh banyak pengamat akan sangat sulit sekali menemukan sosok sekaliber Sukarno bahkan dalam kurun satu abad.
Sambil terpekur duduk Mbah Tries yang tadinya merenung tiba-tiba bangkit sambil mengangkat tangan kirinya “ Revolusi Belum Usai..!!!”, kata mbah Tries lantang sambil memandang foto Bung Karno yang terpaku di dinding kayu warung istrinya. sambil tetap berdiri, Sukarnois ini mengingatkan kembali bahwa perjuangan luhur Bung Karno yang sejati adalah memerdekan rakyatnya dari segala bentuk penjajahan. Kita sekarang ini benar sudah terlepas dari penjajahan fisik. Tapi kita sekarang ini kembali terjerumus dalam penjajahan gaya baru (penjajahan ekonomi), inilah kenapa Sukarno yang juga terkenal dengan slogan Lawan Nekolim, menekankan tentang Revolusi ini belum selesai kalau masih ada rakyat miskin. Dan tugas kitalah sebagai generasi muda untuk melanjutkan pembebasan rakyat dari kemiskinan.

* Tulisan ini dipersembahkan buat Majalah Suara Keadilan Yaphi, by Kholid Mawardi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


 

Komentator Artikel