Selamat Datang

dunia lebih kaya, lebih hidup, lebih bersegi banyak dari tampaknya, sebab setiap langkah daripada ilmu pengetahuan tertemukan di dalamnya segi-segi baru...

Selasa, 16 Desember 2008

Jejak Wali di Kota Kretek

KALAU Anda memasuki Kabupaten Kudus untuk kali pertama, yakinlah pasti banyak yang bisa Anda rekam dalam ingatan. Kalau Anda dari arah barat (Semarang), Anda segera akan berhadapan dengan wilayah berkarakter

perkotaan kental.

Ada banyak industri yang pesat berkembang di sana. Ada pabrik kertas dengan bangunan mewah, juga banyak dijumpai unit-unit (brak) pembuatan rokok yang menebarkan aroma saus tembakau. Wajar saja, Kudus memang kota penghasil rokok. Atribut Kota Kretek juga sudah sangat populer di telinga.

Bukan cuma itu. Di pusat kota, papan-papan promosi makanan banyak terpancang, khususnya tentang jenang. Dan sebutan Kota Jenang juga menjadi atribut Kudus yang lain.

Ya, boleh saja Kudus itu sebuah kota industri yang cenderung materialistis. Tapi jangan lupakan posisi penting wilayah tersebut dalam sejarah perkembangan Islam di Jawa. Sudah kesohor jika Kudus menjadi salah satu penyebaran Islam pada masa Wali Songo dengan dua tokohnya Sunan Kudus dan Sunan Muria.


Dengan dua tokoh penyebar Islam itu, wajar saja kisah dan artefak kebudayaan Islam bisa dijumpai di banyak tempat di Kudus. Wilayah itu pun akhirnya mendapat sebutan yang paling kuat di antara citra lain yang melekat yaitu Kota Santri. Lengkaplah pula sebutan itu ketika Purbatjaraka, ahli antropologi nusantara mengatakan, di seluruh Jawa hanya ada satu nama kota yang diambil dari bahasa Arab, yaitu Kudus (dari kata Al Quds yang berarti "tempat suci"). Walhasil pula, jejak-jejak sejarah dakwah para wali beserta peninggalannya itu sampai sekarang dapat kita telusuri baik untuk kepentingan ibadah maupun kelimuan (sejarah).

Kompleks Masjid Menara Kudus

Tujuan wisata ziarah pertama adalah Kompleks Masjid Menara Kudus (KMMK). Jika pergi ke komplek itu dengan kendaraan pribadi maksimal sekelas minibus, Anda bisa memarkir kendaraan di sekitar lokawisata. Tapi kalau dengan bis wisata yang besar, Anda harus memarkir di terminal wisata baru di Desa Bakalan Krapyak yang letaknya lumayan jauh, sekitar 1,5 km dari KMMK. Jangan khawatir, banyak becak wisata atau angkudes siap mengantar Anda. Rp 2000 per orang untuk becak dan Rp 1.500 per orang untuk angkudes tentu bukan jumlah yang besar.

Lalu kalau sudah di atas sarana transportasi itu, suasana perjalanan seperti apa yang Anda inginkan?

Kalau lewat Kauman di Kecamatan Kota, Anda akan mulai melihat pemandangan klasik. Di sisi-sisi jalanan berpaving terlihat deretan rumah dengan sentuhan arsitektur akulturatif Belanda, Islam dan Hindu. Di sela-selanya, ada banyak pedagang pernak-pernik seperti peci, tasbih, rebana, dan sajadah. Puncaknya kita akan melihat perpaduan arsitektur Hindhu-Islam Masjid Menara yang sudah kesohor itu.

Seperti umumnya masjid di Indonesia, masjid tersebut juga menonjolkan bentuk kubah. Namun yang pasti berbeda adalah menara masjid yang mengingatkan bentuk candi-candi Hindu. Kalau mau lebih spesifik bentuk Menara Kudus mirip dengan Candi Jago atau Candi Singosari di Jawa Timur.

Menara setinggi 15 meter itu berbahan dasar batu bata, sirap dan semen. Melalui inskripsi pada salah satu bagian rangka atap menara pendirian Menara Kudus menunjukkan angka tahun 1609 Jawa atau 1687 Masehi.

Menara terdiri atas tiga bagian yaitu kaki, tubuh, dan puncak. Kaki menara berbentuk bujur sangkar yang masing-masing sisinya berukuran 9,5 meter. Badan menara berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 6,30 meter.

Badan menara dihiasi dengan panel-panel segiempat polos, lingkaran dan palang Yunani yang diisi piring-piring porselin. Puncak menara berupa ruangan mirip pendapa yang beralaskan kayu dan beratap dua tingkat berbahan sirap.

Pintu masuk halaman depan Masjid Menara berbentuk candi bentar. Di dalam masjid, ada dua gapura berbentuk paduraksa atau biasa disebut Kori Agung atau umum disebut Gapura Lawang Kembar.

Puas mengagumi hasil karya arsitektural tersebut, selanjutnya kita akan mengunjungi kompleks pemakaman. Kompleks tersebut sebenarnya terletak persis di belakang masjid. Namun untuk sampai ke sana kita harus melalui pintu Gerbang Padureksan Kidul Menara, di sebelah selatan menara.

Di situlah Jafar Shodiq atau Sunan Kudus dimakamkan. Di samping puluhan makam di kawasan itu terdapat pula makam putra Sunan Kudus yaitu Pangeran Palembang. Makam Sunan Kudus sendiri terdapat di tengah-tengah bangunan induk berbentuk joglo. Makam Sunan Kudus dalam kesehariannya selalu tertutup kain kelambu. Peziarah hanya berdoa di sisi luar makam itu.

Jika ingin melihat lebih jelas bangunan makam, Anda bisa datang pada tanggal 10 Sura. Saat itu akan diadakan pergantian kelambu yang terkenal dengan istilah buka luwur. Namun Anda harus bersiap-siap untuk berdesak-desakan dengan pengunjung lain. Karena saat itu, pengunjungnya begitu banyak.

Selain pada ritus tersebut, kedatangan peziarah meningkat pada bulan Sura, Rajab, Maulud, dan masa liburan sekolah.

Makam Sunan Muria

Setelah berkunjung ke KMMK, tujuan selanjutnya adalah Makam Sunan Muria di Desa Colo, Kecamatan Dawe. Ziarah ke makam Sunan Muria yang berjarak sekitar 30 kilometer arah utara dari KMMK sudah menjadi satu paket perjalanan bagi para peziarah.

Selain menggunakan kendaran pribadi atau rombongan, Anda juga bisa menggunakan jasa angkutan umum. Rute yang ditempuh cukup berkelok dan menanjak. Maklum, Makam Sunan Muria memang berada di Gunung Muria.

Kendaraan roda empat biasanya akan berhenti di subterminal Colo sekitar 2 km dari lokasi makam. Bukan karena apa-apa, tapi jalan menuju makam memang sangat menanjak dan sempit. Sebagai gantinya Anda bisa memakai jasa ojek untuk meneruskan perjalanan.

Memasuki kompleks pemakaman, peziarah diwajibkan membuka alas kaki. Untuk menyimpannya Anda harus mempersiapkan tas plastik. Perjalanan diteruskan dengan menyusuri lorong-lorong dengan bentuk bangunan yang relatif baru. Lalu kita akan bertemu lagi dengan satu pos. Di sini pengunjung wajib mendaftarkan diri pada petugas sebelum menuju makam Sunan Muria.

Kompleks makam Sunan Muria berbentuk cungkup batu dengan ornamen yang mirip dengan makam Sunan Kudus. Di atasnya terdapat hiasan berbentuk troloyo dikelilingi kelambu putih. Sama seperti Makam Sunan Kudus, makam Sunan Muria pun dilingkupi kelambu. Prosesi penggantian kelambu buka luwur dilaksanakan setiap tanggal 15 Sura.

Usai dari makam Sunan Muria, beberapa langkah menjelang pintu keluar Anda yang berziarah bisa mengambil air dari gentong keramat peninggalan Sunan Muria. Dibantu petugas penakar air di situ, Anda bisa membawa pulang air dengan botol atau jeriken. Jika tidak membawa wadah, Anda bisa membelinya di sekitar lokasi makam.

Penginapan

Untuk mengunjungi dua lokasi sekaligus memang perlu waktu yang relatif lama. Apalagi jarak keduanya cukup berjauhan. Selain itu paket wisata ziarah ini selalu terkait dengan paket lain seperti makam Sunan Kalijaga.

Umumnya bagi peziarah yang sudah kemalaman di makam Sunan Kudus akan mencari penginapan sebelum meneruskan perjalanan ke Sunan Muria keesokan harinya.

Karena paket wisata ziarah umumnya dilaksanakan golongan ekonomi menengah ke bawah, di sekitar kawasan KMMK pun terdapat penginapan murah meriah.

Tarifnya dihitung per rombongan bis. Satu bis yang terdiri atas 50 sampai 60 orang misalnya ditarik biaya Rp 120 ribu sampai Rp 150 ribu. Kalau dihitung, rata-rata per orang hanya membayar Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per malamnya. Karena murah jangan berharap fasilitas yang muluk-muluk. Mereka hanya menyediakan tikar atau karpet serta bantal.

Penginapan rombongan ziarah semacam ini umumnya berada di bangunan-bangunan tua yang banyak bertebaran di sekitar kawasan Menara Kudus. Namun ada juga rumah-rumah baru, yang tentunya sederhana, untuk usaha sejenis.

Tempat bermalam murah itu memang tidak memasang papan nama resmi layaknya hotel. Namun Anda tidak perlu khawatir karena para tukang becak biasanya sudah mengetahui penginapan-penginapan tersebut. Bahkan mereka mau mengantar sampai tujuan. Tentunya para tukang becak pun akan mendapat komisi dari pengelola penginapan jika membawa rombongan ziarah. Selain itu, bagi yang berkantung tebal, beberapa hotel ada di pusat kota yang jaraknya tak terlalu jauh dari KMMK.
(Sony Wibisono/73)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


 

Komentator Artikel